Sangat miris, akhir-akhir ini banyak sekali terorisme yang menebar kecaman untuk masyarakat Indonesia, yang lebih membuat herannya banyak sekali kaum perempuan milenial yang terlibat didalamnya.
Beberapa contoh kasus yang terjadi akhir-akhir ini, banyak perempuan dilibatkan dalam aksinya, yang dimana berarti perempuan lebih rentah dilibatkan dalam terorisme dan radikalisme.
Ratna Susianawati selaku Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Pemberdayaan Anak (PPPA) mengatakan, perlibatan peningkatan perempuan dalam peristiwa teror di Indonesia menjadi meningkat.
Ratna mengenai pesan tertulisnya pada Sabtu (3/4/2021), menyebutkan, “Bahwa adanya fenomena peningkatan perempuan dalam aksi radikalisme dan terorisme lebih rentan terjadi terhadap perempuan dalam hal ini”.
Faktor penyebab yang dapat mempengaruhi seseorang mengikuti aliran terorisme dan radikalisme
Ratna juga menjelaskan bahwa hal tersebut banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu seperti faktor sosial, ekonomi, perbedaan pola pikir, serta doktrin yang selalu mempengaruhi dan menginsfirasi pola pikir para perempuan untuk melakukan hal tersebut.
kerentanan dan ketidaktahuan perempuan juga mempengaruhi perempuan untuk mempermudahkan masuknya pemahaman baru yang menyesatkan dan merugikan orang lain.
Selain beberapa faktor diatas, keterbatasan akses informasi dan keterbatasan untuk menyampaikan sikap juga dapat mempengaruhi faktor pemicu yang mengarah pada hal tersebut.
Langkah untuk menanggulangi terorisme dan radikalisme di Indonesia
Pengasuhan anak dan komunikasi yang baik antar keluarga merupakan langkah utama dalam mempertahankan ketahanan keluarga. Hal tersebut untuk membangun fondasi dan filter dalam keutuhan keluarga.
Ratna pun menuturkan mengenai masalah terorisme dan radikalisme yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia, pemerintah harus bekerja sama dengan bagian terkecil dari masyarakat untuk menanggulangi hal tersebut, seperti keluarga dalam elemen masyarakat.
Dalam seminggu terakhir ini, ada dua kasus terorisme yang terjadi di Indonesia yang membuat geger dan menebar rasa was-was diseluruh masyarakat Indonesia.
Seperti halnya yang terjadi di sebuah gereja Katedral yang berada di Makasar pada Minggu (28/3/2021), pelaku yang berinisial L dan istinya YSR, tewas terlibat teror bom bunuh diri di gereja tersebut.

Selain itu, ada seorang perempuan yang berinisial ZA menjadi pelaku tunggal penyerangan di Mabes Polri pada Rabu (31/3/2021), setelah ZA menembakan enam kali tembakan, polisi segera mengambil tindakan keras yang membuat ia tewas di tempat karena ditembak peluru panas oleh polisi.

Sangat disayangkan, rata-rata dari mereka merupakan berusia muda sekitaran umur 25 sampai 26 tahun.
Kesimpulan
Pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makasar merupakan golongan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi di negara Irak dan Suriah atau yang biasa disebut Islamis State of Iraq and Suriah (ISIS).
Sedangkan pelaku penyerangan di Mabes Polri diduga pendukung ISIS, dugaan tersebut ditemukan polisi pada unggahannya di media sosial yang mengunggah sebuah foto bendera ISIS.
Penutup
Demikianlah informasi yang bisa kami sampaikan, semoga memiliki manfaat untuk kita semua. Selalu berhati-hati dalam segala hal. Jangan sampai terpengaruh kepada hal yang dapat menyesatkan.
Terima kasih bagi yang telah membaca artikel dan mengunjungi blog ini. Semoga kita selalu ada dalam lindungan Tuhan yang maha kuasa.